JavaScript is required to view this page.

Guru Sekumpul

KH.Abdul Ghani atau yang biasa disebut Guru Sekumpul Martapura, beliau adalah tokoh agama di Kalimantan.

Menyusuri jejak para datu yang hidup pada jaman dahulu di Kabupaten Tapin. Datu sebuah gelar bagi para alim ulama pada jaman dahulu yang mempunyai keutamaan khas rabbaniatul ilm dan rabbaniatul hkm. “Jaman sekarang, gelar datu disamakan sebagai orang yang alim yakni seorang yang pandai dalam ilmu agama dan berakhlak mulia”.

Kabupaten Tapin dikenal sebagai kampungnya para datu. Kondisi demikian diperkuat dengan banyaknya maqam-maqam alim ulama yang dipercayai masyarakat Tapin memiliki kharomah, yang bertanda bahwa pemilik makam tersebut semasa hidupnya selalu menjalani perintah Allah dan bertakwa. Konon, dengan pengetahuan marifatnya kepada Allah melalui Rabbaniatul I’lm, datu dapat mengetahui sebuah isyarat al haq dengan segala hakikat yang ada. Juga dengan Rabbiniatul Hukm, ia dapat mengambil keputusan secara bijaksana tanpa berdasarkan sangka, di karenakan pengetahuan hukum yang disandarkan kepada Allah yang menurunkan wahyu ke dalam Al-Qur’an juga yang mengutus rasullulah Nabi Muhammad.SAW.

Di Kalimantan Selatan khususnya di Tapin, janganlah heran apabila singgah dirumah warga Banjarmasin juga Tapin. Didalam rumahnya terdapat data kualitatif tuan guru atau ulama dalam bentuk foto yang dipasang dalam figura. Kondisi demikian hampir rata-rata seluruh rumah warga Banjar pasti terpajang foto alim ulama. Diantaranya, Abah Guru Izai KH.Abdul Al Ghani. Hal ini menandakan suasana religius yang kental dianut masyarakat Tapin.

Jejak Ulama Melalui Data Kualitatif

Memang memandang ulama melalui sebuah data kualitatif dalam bentuk foto sungguh menarik. Sehingga seakan-akan sosok gambaran ulama tersebut semasa hidupnya seakan tercermin bagi yang melihatnya. Sehingga seolah-olah jejak langkahnya didalam menuai kebaikan selama hidupnya terus tercermin bak cahaya yang selalu bersinar. “Secara tidak langsung, pola hidup kita berubah seakan dirinya meskipun sebentar, kebaikannya bagaikan minyak wangi yang harum semerbak”. Misalnya, almarhum guru izai sekumpul, bagi yang nulis artikel ini. Bahwa sampai saat ini tercermin selalu bentuk Hallikhwal beliau jika memandang fotonya. Mungkin dikarenakan cintanya kepada Allah sangatlah besar, sehingga cinta dan kasih sayang allah diraihnya dan membawa dampak bak sinar dihati murid-muridnya.

Saat beliau masih hidup, nampaknya seluruh alam dan ribuan umat muslim khususnya di kalsel, selalu menghidupkan suasana agama. “Sehingga, untuk ke pengajian beliau di sekumpul, kita rela harus mengeluarkan uang Rp. 10.000 ribu tanpa harus belanja disana”.

Saat itu, alam selalu memberikan arti dan mendung selalu menyelimuti panasnya pancaran sinar matahari, dikala kita hendak melangkahkan kaki guna menuntut ilmu kepadanya. Bahkan, sekali-kali hujan. “Nampaknya, sarung kebesaran yang dianugerahkan Allah kepadanya dapat mengatur alam, bahkan membaca pikiran seseorang secara alami”.

Mengayuh sepeda guna menuntut ilmu fiqih dan tasawuf. Seluruh santri diperdesaan di Tapin. Beriringan mereka ke pengajian pesantren bahkan ke majlis taklim. Bahkan sampai malam hari pun juga seakan sebuah moment yang indah dan tak terlupakan.

Bendera Kuning

Bendera kuning bukti simbolis, anugerah allah kepadanya.
Dimana masyarakat setempat mempercayai bahwa setiap kubur yang terdapat bendera kuning dinyatakan bahwa penghuni kubur itu adalah wali allah. Konon, sampai saat ini kubur terus diziarahi sebagai bukti penghormatan dan upaya tawasul kepadanya. Allahualam.

Kini, siapakah yang memiliki figure guru yang memiliki kemampuan idionsinkratik seperti itu dan memiliki teori subtantif sepertinya. “Sekali berbicara, satu dau tiga pulau terlampaui”.

0 komentar: